22/01/11

Menjawab Tiga Pertanyaan Utama Fotografi

Ada tiga pertanyaan yang paling sering diajukan dalam dunia fotografi saat ini. Ketiga pertanyaan itu adalah, pertama, apa merek kamera terbaik? Kedua, kalau saya mau menekuni fotografi, kamera apa yang cocok saya beli sekarang? Dan, pertanyaan ketiga adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk belajar fotografi dari nol sampai mahir? Menjawab ketiga pertanyaan itu sungguh sulit karena yang bertanya sesungguhnya memang belum tahu sedikit pun akan dunia yang akan mereka masuki, yaitu fotografi.


Jawaban atas pertanyaan pertama adalah, tidak ada! Tidak ada kamera yang lebih baik daripada kamera lain saat ini. Kalau ada, pasti kamera itu saja yang dibeli orang.

Tiap merek kamera yang beredar di pasaran pasti punya keunggulan di bandingkan dengan kamera lain sehingga bisa bertahan. Sebaliknya, sebuah kamera pasti juga punya kekurangan dibandingkan dengan lainnya.

Dalam membeli sebuah kamera, kita bukan mencari yang terbaik, melainkan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita saat membelinya.

Hal yang pasti adalah jangan pernah membeli kamera tanpa garansi. Beda harga antara kamera bergaransi dan tidak, tidaklah terlalu banyak. Sementara kalau kamera tanpa garansi sampai rusak, ongkos reparasinya sungguh besar. Kadang sampai sekitar setengah dari harga barunya.

Pedoman lain dalam membeli kamera adalah pilih yang sudah banyak dipakai orang lain di sekitar Anda untuk kemudahan mendapatkan berbagai aksesorinya.

Kemudian, menjawab pertanyaan kedua sesungguhnya menjawab penjabaran dari pertanyaan pertama tadi.
Orang yang melontarkan pertanyaan kedua ini sesungguhnya ingin punya kamera bagus, tetapi ingin seirit mungkin dalam mengeluarkan uang.

Saat ini, belajar fotografi tak ada hubungannya dengan mahal murahnya kamera. Mahal murahnya kamera membedakan mutu foto yang dihasilkan manakala akan dicetak sebesar-besarnya.

Untuk bisa belajar fotografi dengan baik cuma diperlukan sebuah kamera digital yang bisa dipakai manual dan bisa dipakai otomatis sekaligus.

Akan tetapi, sebenarnya fotografi saat ini sudah jauh bergeser. Kemampuan teknis sudah menjadi bonus semata. Dengan telepon genggam pun orang bisa memotret dengan baik. Otomatisasi dalam fotografi sudah membawa orang kepada sebuah kemudahan dalam menghasilkan gambar.

Sesungguhnya, dalam fotografi saat ini yang penting adalah bisa menghasilkan gambar yang benar dari sisi komposisi, sudut pemotretan, dan dari segi pemaknaannya.

Memakai otomatis sudah bukan masalah yang memalukan. Ini ibarat dengan sepeda motor yang ada saat ini. Sarana pergantian gigi otomatis sudah menjadi umum. Sangat banyak orang yang bisa mengendarai sepeda motor, tetapi hanya bisa yang otomatis. Sepeda motor dengan pergantian gigi manual, bahkan yang memakai kopling menjadi hal sulit bagi sebagian pengendara sepeda motor saat ini.

Dalam dunia fotografi saat ini, Anda bisa belajar fotografi sampai ke teknik terdalamnya (walau tidak akan terpakai kalau untuk keperluan dokumentasi sehari-hari semata), atau sekadar belajar bagaimana bisa merekam kejadian yang ada dengan baik.

Membeli kamera saku atau bahkan cuma kamera telepon genggam, bukanlah masalah kalau kebutuhan Anda hanya untuk merekam apa yang dilihat sehari-hari.

Kebutuhan akan kamera yang khusus adalah untuk menjawab tingkat kerja yang khusus. Untuk belajar fotografi tidak harus memakai kamera DSLR, walaupun kalau memakai DSLR memang membuka peluang untuk hasil yang lebih baik. Akan tetapi, tidak boleh dilupakan kenyataan bahwa DSLR lebih berat dan lebih besar. Kalau Anda belum terlalu tergila-gila fotografi, beban kamera DSLR bisa menghentikan antusiasme Anda dalam memulai kegemaran fotografi ini.

Anda baru mulai belajar fotografi? Cobalah mulai dengan kamera saku terlebih dahulu.

Berapa lama?
Sedangkan menjawab pertanyaan ketiga, kita harus memberikan ibarat kepada yang sedang bertanya. Memotret ibarat memasak. Apa definisi Anda untuk mahir memasak?

Orang mungkin bisa menjadi koki yang sangat terkenal di sebuah hotel internasional dan dibayar mahal untuk masakan yang dihasilkannya. Akan tetapi, koki itu mungkin tidak bisa memasak masakan Jawa.

Demikian pula, koki itu mungkin gamang kalau disuruh memasak dengan kompor minyak tanah, misalnya. Dia juga tidak tahu harus membeli bahan masakan di mana karena selama ini semua sudah disediakan timnya.

Demikian pula dalam fotografi. Orang mungkin bisa mahir sekali memotret di dalam studio. Akan tetapi, mungkin dia jadi bodoh manakala harus memotret aneka serangga di museum biologi. Dia juga jadi bodoh manakala harus memotret aktivitas gunung berapi, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Dalam dunia fotografi, istilah mahir hanyalah kulit. Di dalam badan seorang fotografer yang disebut mahir, sesungguhnya banyak lubang-lubang ketidakmahiran juga.

Jadi, manakala Anda ingin masuk di level mahir dalam fotografi, sesungguhnya Anda harus menentukan dulu mahir di bidang apa. Tekunilah bidang itu sampai Anda merasa di atas rata- rata orang yang melakukan bidang yang sama. Lalu, jika tenaga memang memungkinkan, Anda bisa mulai merambah sisi fotografi yang lain. Misalnya, setelah mahir memotret model, Anda bisa menekuni fotografi lanskap, lalu fotografi makro, dan sebagainya.

Sampai kapan? Sampai Anda merasa cukup![jaj]

Sumber: Kompas.com 

0 comments :

Posting Komentar